SADJAK DJEDJAK

"Kita hidup tidak hanya dengan roti saja... metafora juga merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan."

27.5.12

S a s t r a w a t i



Mulanya adalah tabu
Yang ia temukan dalam buku-buku,
Di atas meja makan,
Dalam cinta, memanjat
Pohon, main bola, dan
Ranjang yang dikonstruksikan---dimitos-
Kan yang kemudian
Ia ingkari

Ia pun melangkah makin jauh
Menembus belantara
Pohon-pohon kota yang berpagar CO2
Dan terus makin jauh
Menembus belantara
Peradaban
Menjauhi kaki Hawa, ibunya
Sendiri

Sesekali aku melihat
Ia memetik mawar
Kemudian ia sembunyikan
Di belakang pepohonan atau
Ia buang entah kemana
Agar selamat dari durinya

Lalu ia terus melangkah
Makin jauh
Menenun cemas
Membayangkan luka-luka
Pada wajah para Hawa
Hingga tiba ia pada sebuah lembah
Yang lebih dalam
Dari daratan biasa

Di sana sungai-sungai tak lagi riak
Angin hanyalah nada-nada
Kepasrahan
Yang tak lagi mengusik limbik
Lalu ia berhenti
Sejenak
Mengusap keringat
Yang mengucur dari lubang-
Lubang yang tak pernah di-
Kancing rapat-rapat

Di sanalah ia kembali
Membayangkan, "Apakah ketakutan-
ketakuatanku hanyalah dongeng?"

Di sanalah, di ruang yang statis itu
Bertaut dengan waktu yang berlalu
Ia membiarkan,

Mempersilahkan apa saja di luar egonya
Untuk merayakan kegaiban
Pukau anak-anak Adam
Dalam mimpinya
Ia tak mengalahkan waktu
Ia tak hendak menentukan
Ia ditentukan :"Lalu waktu,
bukan giliranku..."

Kota M, 2012

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar