SADJAK DJEDJAK

"Kita hidup tidak hanya dengan roti saja... metafora juga merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan."

27.2.12

Teater Pantheon



pernah, suatu ketika, sederet tuhan berdiri di atas panggung teatrikal pantheon yang mulai makin sesak. dalam salah satu adegannya, sesosok tua berjanggut muram yang pencemburu tibatiba berteriak di luar skenario: "Hanya ada satu Tuhan! Kalian tdk boleh punya tuhan lain selain aku!" sesaat setelah pernyataan itu diucapkan, tuhantuhan yang lain pun mati. bukan karena dibantai, tapi karena tertawa geli.

panggung jadi sakit, suasananya jadi tak suci. ketika yang kudus telah jadi banal: sosok yang suka mengingatkan, menakutnakuti dan mengawasi, seperti patung polantas di pinggir jalan.

operator akhirnya memilih mengecilkan suara sound system, lampu sorot di matikan, berganti lilin. sutradara kemudian naik ke atas panggung dngan toa di tangan kirinya, "maafkan, artis kita, Tuhan, gagal datang!" 

terhentak. lalu siapa yang memerankan sosok tuhan pencemburu tadi? pada akhirnya para tuhan di atas pantheon itu hanya illahi yang ditinggalkan, para penonton telah kecewa, dan memilih untuk meninggallkan pertunjukan.

di baris pertama kursi ketiga, seorang penyair yang juga ikut menonton pertunjukan itu tampak menggerakkan bibirnya, sambil tersenyum sinis: "Caya-Mu panas suci/tinggal kerlip lilin di malam hari."

Kota M, 31012012
Comments
0 Comments