SADJAK DJEDJAK

"Kita hidup tidak hanya dengan roti saja... metafora juga merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan."

9.9.11

KEHANGATAN PADANG OASE



7 Musafir Muda


Fayakun… Dani

Fayakun… Kiki

Fayakun… Nia

Fayaaaaaakun… Lia

Fayakun… kun… kun… Divin

DANI:
Batubatu tandus beradu-adu
Dari batu jadi batu tetap gagu
Tumbuhtumbuh, tubuhtubuh
Utuhutuh dari buluh pembuluh kuras setubuh
Suluh berbunuh-bunuh

DIVIN:
GAR!! GAR!! GAR!! Gelegar gempar
Gebyar mercusuar pendarpendar alam sinar binarbinar
RAH!! RAH!! RAH!! Darah tumpah
Tanah terbelah bumbui ranah kisahkisah

KIKI:
Angin angan saji ingin
Tiup tiap ingsun penganut waktu
Apiapi bingkis nyanyi taritari akhiri abadi para pengabdi

NIA:
Tetestetes, alir air
Melahir pelahir sampai akhir juga cair
Dari rebah ke rebah, musnah ke enyah, hilang ke sirna

LIA:
Sebelum dentum pesta masuk
Rasa ngilu rasuk sumsum
Raya dulu…Raya dulu
Tabikkan kendang karuhun hingga buhun turun-temurun
Sampai ‘kan nanti kiamat melumat-lumat

Merbak tebak satusatu Jumat.

***

INTRO MUSIK TIMUR TENGAH BERKISAH PADANG PASIR

DIVIN:
Ketandusan padang pasir seperti keringnya rahim di bibir mulut.
Nyatanya jelajah Tuhan mengiringi dalam salutan pelepah penyair.
Oase yang ditandangkan ke muka adalah bentuk dari kehausan gejolak tubuh.
Sari dari madu yang mengental hingga biusannya membangunkan yang dulu mati suri
Seumpama perjaka dan perawan yang hingar bernafsu kembali
begitu disulutkan bara percintaannya.

NIA:
Dua jemari terpaut memburu napas dalam ragib.
Dan semua tak akan meradu karena mereka telah terpadu.
Bahkan,
aku dan kau yang seakan mampu melahirkan anak-anak dari rahim
yang sempat kosong kelak.
Karenanya percintaan kami akan dimulai di oase ini.

INTRO MUSIK TIMUR TENGAH BERKISAH PADANG PASIR

DANI:
Tuhan gerakkan ruh ghoib menciumi tiap sudut kerling jasad
Lirik mimpi diasah membelah surga neraka pada kota mati maupun hidup
Lacurnya semu bukan bermakna tak lagi dapat terunut
Buku debu tertiup serbuan mulut menjulur
Meminta kais belai tangan raksasa akan seluruh semesta
yang kemudian teraba pada jiwa mati amis penghuni
meski dosa tertadah pada doa hamba.

INTRO MUSIK DENTUMAN IRAMA DRUM TERSENTAK

KIKI:
Sungkurkan jantanku!
Toh, kau dapat bagian termanis
Dan kau timbun dalam sarangmu
Rayakanlah jatahmu
Jatahku?
Tak perlu cemas, kupuaskan pelangganmu

Larut dalam euforia malam
Pesta mengalun mengisi gejolak baru
Jalangku bius jantanmu
Hingga setubuh
Terbelenggu nafsu tak bermalu

INTRO MUSIK (PERLAHAN) MELANKOLIS/SEDIH

LIA:
Ya Allah…
pilar-pilar kami tak jua kokoh
roboh kami hanya menunggu waktu
bukan kami takut
tapi siap kami hanya kilauan belaka
basahan air hanya menggantung pada yang wajib
benarkah tak ada butuh kami pada Mu?
walau kening selalu kami hadirkan pada yang lima waktu
benarkah tak lebih dari yang wajib?

DIVIN:
Di lembah. Di gelap. Di rindu
Cahya-Mu.

DANI:
Di kubah. Di harap. Di doa
Cahya-Mu.

KIKI:
Di rasa. Di makna. Di diam
Cahya-Mu.

NIA:
Gelap. Batin. Doa. Lembah
Begitu lelah manjat.
Tapi Kau. Aku engkau-Mu
Aku debu-Mu.

LIA:
Di lembah. Aku. Doa.
Cahaya.

INTRO MUSIK TENTANG ANGIN DAN LAUTAN, KICAU BURUNG

NIA:
Mencari jejak di balik pekat
Di ungu langit yang tak berpenyangga

Untuk bakti
Untuk janji
Untuk abdi
Untuk cahaya yang tak pernah mati

DIVIN:
Berdiri aku di dunia kotak,
Sempat kuhirup bau udara yang hambar tak berasin
Aku maju melangkah, untuk keluar dari kardus-kardus pengaman
Aku meninggalkan dunia kotak
Walau terasing, tapi kutemukan udara ungu cantik
Yang rasanya begitu manis, sedap, tak terkata harumnya apa

INTRO MUSIK TENTANG ANGIN DAN LAUTAN, KICAU BURUNG

LIA:
di sini
waktu membeku dan ruang terpaut
di sini
mimpi tersenyum pada bunga yang ranum
di sini
berdiri kita menantang masa,
membicarakan asa,
memetik buahbuah dunia,
dan menggenggam cinta

KIKI:
di sini
berteriak kita pada malam
yang gagap mengeja hitam
dan makin kehilangan kelam
karena
di sini
kita taklukkan seribu duka

INTRO MUSIK TIMUR TENGAH BERKISAH PADANG PASIR

DANI:
Gegas...
Jangan berhenti
Simpang jalan masih jauh bagai saujana
Hamparkankan alasmu
Meski hanya pelepah pisang
Dia menyeru

LIA:
Gegas...
Jangan membisu
Belum ada tanda berhenti bagai saujana

NIA:
Hadapi matahari yang tenggelam
Hamparkan alasmu
Meski hanya sehelai benang.

KIKI:
Tidak ada tutup buku
Tidak ada kenangan terakhir
Tidak ada yang terselesaikan

Tidak tahu siapa yang bahagia
Tidak tahu siapa yang bersedih

DANI:
Bab terakhir telah sobek
Hilang
Lalu, tangannya menelungkup diatas tangan berpenaku
Dan menggoreskan…
Yang tertinggal dan terlupakan

DIVIN:
Inilah perjuangan bermakna luas
Untuk kau jadikan sejarah buku harianmu yang tebal bertahuntahun
Untuk kau pijakkan tapakmu pada tanah yang berdarahdarah
Untuk kau rapatkan menjadi selimut pada tiap malam tidurmu
Untuk kau kenang perjuanganmu, kawan….

Fayakun… Dani

Fayakun… Kiki

Fayakun… Nia

Fayaaaaaakun… Lia

Kun Fayakun… Divin
Comments
1 Comments

1 komentar: