19.4.09
Gaya Hidup Ala "adenosine 5′-triphospate (ATP)".
Berbeda dengan benda-benda diatas, pada manusia energi yang membuat tubuh dapat melakukan berbagai aktifitas berasal dari makanan yang dimakannya lalu makanan itu akan dirubah menjadi energi kimia dengan melewati proses panjang namun singkat sampai dapat digunakan oleh semua sel-sel tubuh. Semua sel-sel yang sangat beragam pada tubuh kita menggunakan bentuk energi yang sama yaitu adenosine 5′-triphospate (ATP). Ini adalah bentuk senyawa simpanan energi kimia yang berasal dari energi fisik makanan yang kita konsumsi. Senyawa ini terdiri dari satu asam amino adenosine dan tiga molekul phosphat yang dirangkai dengan ikatan phosphat berenergi tinggi.
Makanan (Glukosa) + Oksigen ------> Karbondioksida + Air + Energi
CH2O(n) + nO2 -----> nCO2 + nH2O + ATP
Akan tetapi energi dalam bentuk ATP ini belum dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dalam melakukan aktifitasnya karena energi sebenarnya yang akan digunakan masih terperangkap dalam ikatan phosphat berenergi tinggi pada senyawa ATP tersebut.
ATP terbentuk dari reaksi antara adenosine 5′-diphospate (ADP) dengan phospat anorganik, membentuk ikatan phosporyl sebagai berikut (Horan, 1991):
ADP3- + Pi + H+ → ATP4- +H2O ΔG= +30 kJ/mol (1)
Reaksi diatas menunjukkan proses katabolisme, yaitu proses penguraian zat untuk membebaskan energi kimia sebesar 30 kJ yang tersimpan dalam senyawa organik (makanan).
ATP yang telah tersintesa tersebut disimpan di dalam sel untuk digunakan bila diperlukan. Energi yang tersimpan tersebut dikeluarkan melalui hidrolisa ikatan phosporyl dalam suatu reaksi yang merupakan kebalikan dari reaksi (1), yaitu sebagai berikut:
ATP4- +H2O → ADP3- + Pi + H+ ΔG= -30 kJ/mol (2)
Reaksi diatas merupakan proses anabolisme, yaitu pembentukan molekul yang kompleks dengan menggunakan energi sebesar 30 kJ/mol.
Lepas dari berapapun angka yang diperoleh, intinya adalah ATP tesebut hanya akan berguna jika ia rela melepaskan satu ikatan phosphatnya, karena dengan begitu ia telah membebaskan energi untuk digunakan oleh sel tubuh. Konsep kerja yang dilakukan oleh ATP tersebut sangat vital dalam berbagai reaksi berantai yang menentukan kehidupan manusia sebagai organisme.
Pada kehidupan kita juga demikian, didunia ini berlaku Hukum Kekekalan Energi dimana energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tapi hanya berubah bentuk. Energi yang kita bebaskan dengan berbagi potensi kepada orang lain itu pada akhirnya akan kembali pada diri kita juga, mungkin dalam bentuk yang sama tapi mungkin juga dalam bentuk yang lainnya. Secara logika materialistik, jika kita melepaskan 1 satuan energi, maka yang akan kembali pada diri kita juga sebesar 1 satuan energi baik dalam bentuk sama maupun bentuk yang lain. Dan juga energi yang kembali tersebut bisa berasal dari person target energi positif kita atau orang yang telah kita bantu dan bisa juga berasal dari person lain karena semesta ini merupakan suatu kesatuan akumulasi seluruh energi yang ada, energi yang kita miliki merupakan bagian dari energi semesta dan energi itu tidak akan berkurang karena tetap bersifat konstan disemesta ini. Yang pasti energi yang telah kita bebaskan tidak akan musnah dan akan kembali pada diri kita sebagai bagian dari keseimbangan semesta (cosmos).
Hal yang saya kemukakan diatas masih dalam kajian energi secara umum, kita belum melakukan pemisahan antara energi posotif dan energi negatif. Tapi jika kita sudah memahami hal diatas, maka cukup mudah untuk memahami bagaimana penerapan energi positif dan energi negatif. Suatu hal yang pasti, jika energi yang kita tebarkan adalah energi positif, maka yang akan kembali pada diri kita adalah energi positif pula dengan bobot yang sama, demikian halnya jika yang ditebarkan adalah bentuk energi negatif maka balasannya adalah negatif pula. Jika kita menebar kebaikan maka kita akan memperoleh kebaikan, jika kita menebar keburukan maka keburukan pula yang akan kita dapatkan.
Saya sudah panjang lebar berbicara mengenai benih yang kita tabur dan apa yang kita tuai. Tapi itu masih berada pada tataran materialistik yakni dikehidupan dunia. Nah, jika kita beranjak menuju tataran yang lebih tinggi yakni tataran metafisis, disitu kita akan berbicara mngenai Tuhan, Pahala dan Dosa. Jika didunia berlaku Hukum kekekalan energi tapi dalam "Perhitungan Tuhan" hanya Dia yang memiliki otoritas untuk memakai Hukum yang diSukai-Nya.
Jadi maksud saya, jika didunia kita menebarkan 1 satuan energi positif maka akan kembali energi positif sebesar 1 satuan juga pada kita. Tapi pada kajian metafisis kita juga akan mendapatkan bonus energi positif yakni pahala dari Tuhan. 1 energi positif yg kita tebarkan didunia akan dibalas dengan 1 atau 2 atau lebih pahala oleh-Nya. Demikian halnya energi negatif dengan bonus Dosa, tapi keduanya tidak dapat kita ketahui bobot maupun satuannya karena hanya Dia Yang Maha Mengetahui dan Maha Adil.
Setelah membaca ini, kita sudah dapat memilih hal mana yang akan kita lakukan. Bagaimanapun kondisi kita, harus tetap berusaha untuk selalu menbarkan energi positif didunia ini karena tugas manusia diciptakan bukan untuk merusak bumi tapi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan membangun bumi ini. Seorang Psikiater pernah berkata, ketika anda sedang depresi, hal terbaik adalah melakukan sesuatu bagi orang lain. Karena hal itu akan membuat anda terfokus keluar, bukannya fokus kedalam. Memang sulit untuk melayani orang lain dalam keadaan depresi. Tapi Ironisnya, efek samping dari menolong orang lain adalah merasa senang dan bahagia.
Sebagai penutup, saya akan sebuah ilustrasi sangat baik mngenai hal ini dari buku The Man Nobody Knows karya Bruce Barton yang saya sendiri menyadurnya dari buku The 7 Habits of Highly Effective Teens karya Sean Covey :
Ada dua laut Palestina. Yang satu segar, dan banyak ikannya. Tepinya kaya dengan kehijauan. Pohon-pohon menjulurkan cabang-cabangnya diatasnya dan juga akarnya yang haus untuk menyerap airnya yang menyembuhkan.
.......Sungai Yordan menjadikan laut ini dengan air pegunungan yang berkilauan. Maka tampak tertawa kalau tertimpa sinar matahari. Dan banyak orang membangun rumahnya dekat sungai ini, dan burung membangun sarangnya dipohon dekat sungai ini; dan setiap jenis kehidupan menjadi lebih bahagia berkat sungai ini.
Sungai Yordan mengalir terus ke selatan ke laut lain.
Di laut yang satu ini, tak ada ikan yang berkeriapan, tak ada daun yang melambai, tak ada suara burung berkicau, tak ada tawaria anak-anak. Para pelancong memilih rute lain, kecuali kalau urusannya mendesak. Udara diatas airnya berat, dan baik manusia maupun binatang atau unggas, takkan minum airnya.
Apasih yang membuat perbedaan besar di antara kedua laut yang berdekatan ini?
Bukan sungai Yordan. Sungai Yordan mengalirkan air yang sama baiknya kedalam kedua laut ini. Bukan tanahnya; bukan negara dimana kedua laut ini berada.
Inilah bedanya. Laut Galilea menerima tetapi tidak menahan air dari sungai Yordan. Untuk setiap tetes yang mengalir kedalamnya, ada tetes yang mengalir keluar darinya. Memberi dan menerima, berlangsung seimbang.
Laut yang satunya lagi lebih cerdik, menimbun pemasukannya dengan serakah. Sungai ini takkan tergoda oleh dorongan untuk bermurah hati. Setiap tetes yang diterimanya, ditahannya.
Laut Galilea memberi hidup. Laut yang satunya tidak memberi apa-apa.
Namanya Laut Mati.
Ada dua tipe orang di dunia. Ada dua laut di Palestina.

