12.12.12
dari celah-celah dadaku (2)
Kepada parampuang yang bersembunyi di belakang diksi perih paling mutakhir dalam sajak-sajak hampa yang dicurinya dari hikayat rindu kelopak mata yang melegenda pada musim-musim hujan yang kerontang dan gelombang arteriola tanpa denyut meretak di kiri depan tulang belakang dalam bungkusan silsilah tulang rawan yang rawan hilang ketika ia membakar kemenyan di telinga dalam dan memenggal nafasku dengan pedang malam yang lalu ia lemparkan ke bara gunung api sepenggal dan sepenggal lagi ia aktifkan di bulan
: kapan gerangan kau 'kan menyapaku dengan kematian
Kota M, 2012
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)