SADJAK DJEDJAK

"Kita hidup tidak hanya dengan roti saja... metafora juga merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan."

20.3.11

Fiksi Itu ...



Ungkapan absurd labirin imaji
Fatamorgana mimpi dunia kamuflase.

Desau bidadari,
Gelisah rasa rongga hati
Simulakra menggelinjang;

Retak!

Biru terkapar, pura terabaikan
Senja melayang misterius

Hening,
Dalam kidung damai
Menuangkan hikmah

*

Pada mulanya dunia begitu absurd. Banyak tabu yang manakuti-nakuti dalam buku-buku, di atas meja makan, dalam cinta, dalam sejarah yang dikonstruksikan. Dan ketakutan ketakutan manusia itu dibangun oleh adanya monopoli kebenaran dengan segala pembenaran-pembenarannya. Dunia telah membuat imajinasi terhegemoni, labirinnya mandek, kaku dan penuh tirani. Dunia sudah penuh dengan penyamaran-penyamaran. begitu fana. hanya ada fatamorgana di mana-mana. Dan mimpi manusia hanya menguap di kaca-kaca jendela peradaban.

Namun, tak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan.

Suatu ketika ada gejolak mendesau dari dalam diri manusia, seperti hasrat perjaka yang kedatangan sosok bidadari. Gelisah. Ingin terbebas dari belenggu tirani. Ingin memiliki bidadari itu.

Mulailah dilakukan pembacaan baru kehidupan, dan penggugatan terhadap kemapanan yang menghegemoni. Maka, segala kekakuan di awal kini dihancurkan, dibongkar, didekonstruksi. Menjadi sebuah ’simulacrum’, ruang tanda-tanda ahistoris dan tak berkepribadian, tanpa identitas. Seperti kuda yang berjingkrak-jingkrak ingin segera menjalankan roda delman mengantar sang jejaka menuju bidadari, entah siapa. Realitas telah retak, tak lagi berakar dan naik ke awan.

Imajinasi pun di bebaskan, dibiarkan terombang ambing dalam dunia tanpa pondasi, membuat segalanya bisa terjadi, meski pun tak ada penjelasan rasional baginya. Karena rasionalitas itu sesungguhnya kaku. Hanya monopoli sebuah pandangan dan tidak bisa menjawab semua fenomena kehidupan.

Kegelisahan manusia pun tersungkur, tergantikan oleh hembusan napas lega diantara peperangan siang dan malam.

Lalu ada keheningan yang hadir mencoba menyusun kedamaian sebagai hikmah dari perjalanan hidup yang telah dilalui.

Itulah fiksi, dan fiksi itu adalah manusia dan sejarahnya.

Kolaborasi: No. 95, “FANTASTIC-10” dengan anggota dan masing-masing kata yang dikontribusikan:

Haz Algebra [labirin, simulakra, desau]
Granito Ibrahim [pura, menggelinjang, gelisah]
Deasy [imaji, senja, biru]
Rianty Tayu Syafna [bidadari, terabaikan, rongga]
Fera Nuraini [menuangkan, hati, dalam]
Dwi Setyaningsih [hikmah, ungkapan, rasa]
Fitri y. Yeye [terkapar, melayang, hening]
Andi Olha Mappasosory [dunia, retak, damai]
Mr. President [mimpi, fatamorgana, kamuflase]
Gusti Bob [absurd, kidung, misterius]
===============================================================

Sumber: Fiksi itu…

Note : UNTUK MEMBACA TULISAN PARA PESERTA FFK YANG LAIN MAKA DIPERSILAKAN MENGUNJUNGI BLOG Kampung Fiksi


Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. wah,bagus banget postingannya.salam kenal,klu ada waktu kunjungi blog ane ya

    BalasHapus
  2. salam kenal jg Mas I-one.. blognya akn sy kunjungi.. :)

    BalasHapus