pada sebuah kursi-panjang-tua,
ku rindukan sebuah ruangan di depan mata. Dua pintu sejajar terbuka
tapi diliputi tabir sumpah. Ingin ku sibak tabir itu tapi langkah terikat tata krama
pada sebuah kursi-panjang-tua.
Dan kini, ku hanya bisa mengusap dada. Semoga
KAU mengerti dan mengertikan
hamba-hamba.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar